Tahun ini, pelaksanaan Wiwit Kopi terasa lebih segar berkat sentuhan mahasiswa KKN-MB UIN Sunan Kudus. Mereka tak hanya terlibat di balik layar, seperti menata lokasi dan mempersiapkan perlengkapan, tetapi juga tampil di panggung. Salah satu mahasiswa dipercaya menjadi master of ceremony (MC), memandu jalannya acara dari awal hingga akhir dengan penuh energi.
Ketua Pengelola Desa Wisata Japan, Muthohar, mengaku bangga dengan kontribusi mahasiswa tersebut.
“Mahasiswa KKN benar-benar membantu, dari persiapan hingga tampil sebagai MC. Kehadiran mereka membuat acara ini lebih tertata dan interaktif,” ujarnya.
![]() |
Suasana Pembnukaan Festival Kenduri Wiwit Kopi Desa Japan Sabtu, (09/08) |
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, yang turut hadir dalam prosesi ngruwok, juga memberikan apresiasi tinggi. Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas hasil panen agar kopi Muria semakin berdaya saing.
“Kalau nanti panen, pilih yang merah, jangan yang hijau diikutke, nanti bisa merusak kualitas kopi. Kalau nanti kopinya berkualitas, kalau kita pamerkan di daerah lain, kita tingkatkan, kalau bisa sampai internasional bisa menjadikan kompetitif yang baik dan meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Japan dan sekitarnya,” tegas Sam’ani.
Sam’ani juga menambahkan bahwa dukungan penuh datang dari tokoh agama dan tokoh masyarakat.
“ Tokoh agama, tokoh masyarakat mendukung hal ini dan kami doakan semoga panennya sukses,”
“Wiwit kopi ini adalah sebuah rangkaian bagaimana sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT di mana nanti panennya bisa berhasil dengan baik,” tuturnya.
Menurutnya, sinergi antara masyarakat dan mahasiswa tidak hanya memperkuat potensi desa, tetapi juga memberi ruang bagi generasi muda untuk ikut melestarikan warisan budaya. Dengan semangat gotong royong ini, tradisi Wiwit Kopi tidak hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga pijakan untuk mengangkat kopi Muria menuju panggung yang lebih luas.