Best Viral Premium Blogger Templates

Majapahit: Islamisme Nusantara

parist  id
Minggu, Februari 12, 2017 | 09:05 WIB
ISTIMEWA


Judul :
Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam
Penulis :
Herman Sinung Janutama
Penerbit :
Noura Books
(PT Mizan Publika)
Tahun Terbit :
cetakan I, April 2014
Tebal :
xx + 188 halaman
ISBN :
978-602-1606-48-3

“Muslim Nusantara yang Hamemayu Hayuningrat (bahasa Sansekerta), memiliki arti Muslim Nusantara dari awal telah melampaui semua perdebatan, permusuhan, dan persengketaan antar mazhab Sunni-Syiah, maupun aliran-aliran lainnya di Timur Tengah. Islam di Nusantara sejak awalnya bukan jenis Muslim epigon. Meniru dan berpura-pura seperti Timur Tengah, Barat, atau China. Ia (Islam Nusantara) adalah generasi Islam yang unik. Subhanallah wa bihamdh. Secara ekstrapolasi, religuisitas Islam di Nusantara pantas menjadi agama dunia pada masa depan. Agama yang membawa dunia pada perdamaian dan keluhuran manusia.” (Herman Sinung Janutama, Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam)

Itulah sepenggal alinea dalam bukunya Herman S.J. yang berjudul “Fakta Mengejutkan Majapahit Kerjaan Islam”. Buku yang sangat mengejutkan ini adalah hasil penelitian yang dilakukan penulis selama kurang lebih enam tahun. Pernyataan bahwa Majapahit adalah kerajaan Islam, dibuktikan dengan mendedahkan bukti-bukti yang kuat dari referensi-referensi yang dapat dipercaya dan telah diteliti dengan sangat akurat.

Ulama Majaahit
Prinsip keulamaan di Jawa kuno adalah turun-temurun. Hal ini ditegaskan misalnya, di Kitab Negarakertagama pada zaman Majapahit (1356 M) yang berlaku di Jenggala. Ulama kadi di Jenggala adalah keturunan keluarga Makhdumdri Perlak, yakni keluarga durriyah nabi, yang merupakan keturunan juga dari Syaikh Sayyid Hibatullah kadi di Masjid Agung Watugaluh zaman Sultan Sendok (w.947 M). ketika Ekspedisi Pamalayu zaman Sultan Sendok yang dipimpin Senapati Dharmawangsa Teguh (996 M), Syaikh Sayyid Hibatullah Makhdum kembali ke Perlak. Setelah menjadi kadi Watugaluh selama lima puluh tahun lebih. Keulamaan dan kadi Watugaluh dilanjutkan oleh putra beliau bernama Syaikh Maimun Al Makhdum, zaman kepemmpinan Sri Sultan Dharmawangsa Teguh (w.1016 M).

Ketika Masjid Agung Jenggala pindah ke kompleks Wutan Mas, kadi kesultanan Wutan Mas masih dijabat oleh Syaikh Sayyid Maimun Makhdum. Diduga kuat, Syaikh Sayyid Maimun ialah ulama besar Kahuripan yang bergelar Empu Barodah atau Barada. Syaikh Maimun (Empu Barada) memiliki seorang putri bernama Gusti Ayu Fathimah binti Maimun (wafat 1082 M dan dimakamkan di Leran). Gusti Ayu Fathimah menikah dengan seorang ulama yang bernama Syaikh Sayyid Abu Hasan.

Jika asas turun temurun keulamaan Jawa diteruskan, Syaikh Sayyid Abu Hasan adalah penerus Syaikh Sayyid Maimun hingga era Sri Sultan Airlangga (wafat 1049 M) dan Sri Sultan Garasakan (wafat 1117 M). Putra-putri Sri Sultan Airlangga, seperti Dewi Kilisuci, Raden Smarawijaya, dan Raden Garasakan mengaji kepada beliau ini. Masuk akal bila kita mengandaikan Syaikh Sayyid Abu Hasan bergelar Empu Barada II. Disamping itu, bisa jadi Gusti Ayu Dewi Kilisuci (sufi perempuan) adalah murid dari Gusti Ayu Fathimah binti Maimun.

Banyak lagi fakta sejarah yang mengungkapkan bahwa Majapahit adalah Kerajaan Islam.  Dari penelitian beliau banyak orang yang mengapresiasi karena telah mengungkap fakta-fakta yang selama ini tersembunyi dan masyarakat awam belum mengetahui. Buku yang tidak samapi 200 halaman ini wajib dibaca karena untuk menambah wawasan dan pengetahuan, buku ini juga ditulis dengan bahasa yang komunikatif dan penulisannya pun sangat sistematik sehingga pembaca dapat memahami alur berfikir penulis. Selamat membaca.
Noeriel fadjriea
Mahasiswa Manajemen Bisnis Syari’ah  STAIN Kudus



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Majapahit: Islamisme Nusantara

Trending Now