Potret Izmi Nur Annisa |
Kudus, PARIST.ID - Izmi Nur Annisa, biasa dipanggil Izmi atau Nisa. Mahasiswa semester 6 program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kudus yang terkenal aktif di berbagai kegiatan kampus dan langganan prestasi. Siapa sangka, Izmi tumbuh dari keluarga sederhana dengan tekad yang luar biasa.
“Aku anak tengah dari tiga bersaudara, punya satu kakak dan satu adik. Bapak kerja sebagai tukang batu, sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga,” ujar Izmi ketika wawancara, Selasa (29/5/2025). Kalau nggak nekat, nggak bakal jadi orang hebat.
Faktor Perekonomian Jadi Tantangan
Izmi mengaku kuliah bukanlah hal yang terpikirkan olehnya sejak awal masuk SMK. Namun, perubahan besar terjadi ketika ia pindah ke MA. Ia menyadari bahwa pendidikan itu penting dan harus bangkit dengan itu. Setelah berdiskusi dengan orang tua, lolos jalur prestasi (SPAN-PTKIN) adalah syarat yang harus ditempuhnya agar bisa ke titik ini.
Menjadi mahasiswa merupakan tantangan baru bagi Izmi. Bukan hanya tentang peralihan lingkungan yang baru atau beratnya kuliah, tetapi di sini Izmi juga harus bekerja sampingan untuk membantu keluarga dalam membiayai kuliahnya.
“Aku kerja dari semester 1 sampai semester 5 jadi kru di toko pakaian, kadang misal ada job freelance juga tak ambil. Kalau semester 6 ini, jadi digital marketing di salah satu agen wisata. Alhamdulillah-nya juga ini semester ketiga aku sebagai awardee beasiswa BSI,” ungkapnya.
Langkah Kecil dalam Berprestasi
Kuliah itu berat, beberapa kali Izmi mengakui itu, terlebih lagi ia juga aktif di berbagai organisasi. Sejauh ini, organisasi yang berhasil dijalaninya yaitu, PC IPPNU Kudus, Dema FDKI IAIN Kudus, Gemati, LPM Paradigma, pelajarkudus.com, hingga Menara Kampus TV. Putus asa dan menyerah juga sempat terpikirkan olehnya. Namun, ia selalu berhasil menangani itu. Menjadi mahasiswa prodi KPI IAIN Kudus, Izmi juga memiliki pengalaman berkesan dalam hidupnya. Ia berhasil menjadi salah satu dari dua mahasiswa yang terpilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan, “ASEAN International Mobility” di Malaysia. Meskipun sempat tidak percaya diri dan ingin mengundurkan diri, dukungan dari orang-orang sekelilingnya mampu membuat semangatnya kembali membara dan mencoba bahwa akan selalu ada harapan di depan.
“Awalnya aku ngrasa insecure banget karena kemampuan bahasa Inggrisku yang kurang. Ingin mengundurkan diri juga karena banyak sekali saingannya yang tentunya juga hebat. Tapi, berkat dorongan dari orang-orang terdekat, dosen, wadek, dan pihak kampus, alhamdulillah aku jadi disupport terus kalau aku ini bisa. Aku selalu diyakinin dan akhirnya aku mencoba terus belajar,” ujarnya.
Mimpi dan Pesan untuk Bertahan
Sampai detik ini, Izmi masih bermimpi ingin menjadi dosen. Menurutnya, pendidikan itu penting karena dalam semua elemen kehidupan kita akan selalu membutuhkan yang namanya pendidikan dan ilmu. Namun, pendidikan juga tidak hanya didapat dari lembaga formal saja, pembelajaran yang dipetik ketika berproses itu juga termasuk tempaan pendidikan oleh kehidupan. Selain itu, Izmi juga berpesan untuk kita semua yang seringkali merasa minder dan tidak percaya diri.
“Memang susah kalau sudah minder, tapi tetaplah berpositif thinking selagi kita nggak banyak tingkah petentang-petenteng. Jadilah orang yang baik dalam keadaan apapun dan nggak usah pesimis, ya,” kata Izmi di akhir wawancara