Foto-Foto : Mael/PARAGRAPHFOTO
PARIST.ID, KAMPUS - Siapa yang tak kenal dengan Abu Nawas. Tokoh humoris dan cerdas
ini terkenal pada zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid. Abu Nawas, setelah
meninggal pun masih bisa membuat orang tertawa. Di depan makamnya ada pintu
gerbang yang terkunci dengan gembok besar. Namun, di kanan kiri pintu gerbang
itu pagarnya bolong, sehingga orang bisa leluasa masuk untuk berziarah
kepadanya. Apa maksudnya dia berbuat demikian?
Mungkin itu adalah
simbol watak Abu Nawas yang sepertinya tertutup tetapi sebenarnya terbuka. Ia
sepertinya bukan orang biasa, bahkan dari kesederhanaannya, ia adalah seorang
guru sufi, namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata, bahkan konsisten membela mereka
yang lemah dan tertindas.
Meskipun
kini makam tersebut sudah terlihat kumuh, tidak terawat, dan tidak
diperhatikan. Namun yang paling penting ialah pelajaran yang bisa diambil dari
sikap Abu Nawas.
Hal itu mencuat saat
diskusi mingguan yang dilakukan oleh LPM Paradigma STAIN Kudus, Kamis (20/10).
Selain para anggota LPM Paradigma, hadir pula dalam diskusi tersebut seorang
motivator yakni Juan Siregar. Acara tersebut bertempat di halaman depan
rektortat STAIN Kudus. Pada diskusi kali ini, Muhammad Nur Salim selaku
narasumber mengambil tema “Belajar dari Abu Nawas”.
Siapa yang tidak mengenal cerita seorang penyair bernama Abu Nawas? Ia
hidup pada masa khalifah Harus Ar Rasyid. Selain sikapnya yang konyol, ia juga
terkenal dengan kecerdikannya. Ketika itu baginda Raja (Harun) bertanya tentang
lebih banyak mana bintang di langit dengan ikan di laut. Abu Nawas menjawab
banyak ikan dilaut.
Alasannya karena ikan di laut meski pun terus di ambil tetapi jumlahnya
masih tetap banyak. Sedangkan bintang di langit tidak pernah di ambil, sehingga
wajar saja bila masih tetap banyak. Sikap seperti ini sering di maknai nyleneh tetapi
masuk akal.
Dilihat dari sudut pandang kepemimpinan, Indonesia membutuhkan pemimpin
yang seperti itu. Bukan hanya nyleneh tetapi juga bijaksana
dan dapat mengemban amanah dengan rasa tanggung jawab. AbdurrahmaN
Wahid yang sering di sapa Gusdur, ia adalah sosok yang seperti itu. Disamping
itu pula seorang pemimpin harus memiliki cakrawala yang luas sehingga dapat
menjawab setiap problematika yang datang. Seperti Abu Nawas, dia selalu
mempunyai jalan keluar untuk menjawab semua tantangan-tantangan dari baginda
raja, meskipun dengan cara yang tidak biasa tetapi dapat diterima rasio. Semoga
bermanfaat!!!
|
Belajar Dari Abu Nawas
parist id
Sabtu, Oktober 22, 2016 | 17:56 WIB
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
Trending Now
-
Kudus , PARIST.ID - Mahasiswa Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam FDKI IAIN Kudus mengikuti Visiting Lecture mata kuliah Manajeme...
-
Salah satu jenis flora endemik di Gunung Muria yaitu pohon pranak. Foto : (Mirna/Paradigma) Berbicara mengenai flora endemik di kawasan M...
-
Identitas Buku Judul buku : Hati Suhita Penulis buku : Khilma Anis Penerbit buku : Telaga Aksara Ft Mazaya Media Kota terbit : Yogyakarta C...
-
Foto : M.A Ngasirah “Kedamaian dapat dirasakan dari cinta kasih ibu.” - Ngasirah Ketangguhan Nyai Ngasirah mampu memberikan kekuatan un...
-
Peduli dengan perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Tim KKN-MB 081 mengadakan kunjungan ke UMKM tempe di Dusun Nambangan, Desa Jip...