PARIST- SEMA (Senat Mahasiswa) mengundang seluruh OK (Organisasi
Kemahasiswaan)
menggelar rapat Public Hearing di Gedung Rektorat lantai tiga,
Selasa,(1/11). Rapat OK ini sebagai rapat rutinan yang diselenggarakan pada akhir
periode 2016. Sebelum seluruh OK paripurna,
guna mengevaluasi seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Berupa laporan kegiatan
atau laporan keuangan yang diselenggarakan.
Supriadi selaku
Wakil Ketua dua yang bertanggung jawab di
bidang keuangan STAIN Kudus mengatakan, negara sedang defisit, sehingga
anggaran ditarik kembali. Anggaran bulan Juli sudah habis, kecuali anggaran
gaji untuk Dosen. Supriadi menegaskan, supaya anggaran yang belum digunakan masing-masing UKM untuk segera dimanfaatkan.
Untuk pelaksanaanya pun agar lebih ditekankan pada peningkatan SDM, misalnya
pada pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan langsung skill mahasiswa.
“Contohnya
seperti KOPMA, kalau bisa semua mahasiswa bisa masuk koperasi karena selain
bermanfaat dalam akademiknya juga menumbuhkan jiwa entrepreneurship” imbuh Supriadi.
Supriyadi menambahkan,
anggaran untuk OK itu tidak diblokir, hanya anggaran STAIN saja. Prosedur untuk
pencairan dana pun ada mekanismenya jadi tidak asal mengajukan. Dengan melalui
KPPN (Kantor Pusat Perbendaharaan Negara) yang ada di kampus, baru uang untuk
anggaran kegiatan bisa dicairkan di Bank.
Harus Dikomunikasikan
Semua kegiatan
kemahasiswaan itu bisa berjalan dengan mudah dan lancar. Namun juga ada
prosedur yang perlu dipertimbangkan. Semisal mengenai komunikasi antar pembina
dan OK. “Yang terpenting itu ada komunikasi ke pembinanya terlebih dahulu. Jika
ada komunikasi maka bisa ketemu solusinya,” ungkap Shobirin selaku Wakil Ketua
tiga di bidang kemahasiswaan.
Prosedur pengajuan
dana pun juga harus lengkap sesuai persyaratan yang sudah ditentukan. Shobirin menyampaikan,
laporan pertanggungjawaban masing-masing OK segera diurus. Karena dikhawatirkan
adanya anggaran yang dipakai oleh angkatan sebelumnya, sehingga berimbas pada
anggaran angkatan selanjutnya.
Ma’mun Mu’min
selaku pembina UKM PALWA 51 menambahkan, mengenai keterbatasan biaya yang
menjadi ‘batu sandungan’, maka bisa bekerjasama dengan isntasi ataupun industri
yang ada di sekitar kampus. Konsep seperti ini sudah digunakan oleh Perguruan
tinggi lainya.
Sudah menjadi
tugas Supriyadi untuk selalu memberikan motivasi terhadap mahasiswa agar tidak
ketergantungan dengan dana yang dianggarkan. Mahasiswa memiliki cara dan
strategi tersendiri untuk menemukan solusi permasalahan dana. “Karena semua itu
untuk kalian sendiri, jadi jangan menggantungkan dana dari STAIN seutuhnya,”
pungkasnya.[]