Ayunan yang berkolaborasi dengan Teater Tigakoma menyanyikan lagu dalam acara Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (FASBuk) di Auditorium Universitas Muria Kudus. Sabtu (29/10/16) kemarin. |
KUDUS-Salah
satu masalah dari sebuah pementasan karya seni di Kudus,
adalah apresiasi penonton yang pelakunya terdiri dari komunitas kita sendiri.
Hal tersebut dikemukakan oleh Muhammad Farid, salah satu anggota kelompok Teater Dewaruji
dalam acara Diskusi dan Musikalisasi sastra Forum Apresisasi Sastra dan Budaya
Kudus (FASBuK), Sabtu (29/10/16) di Auditorium Universitas Muria Kudus. “Itu adalah dampak dari kenyamanan kita tentang proses produksi
yang hanya mengandalkan dari diri kita sendiri,” ungkapnya.
Menurutnya kenyamanan kita bukan hanya bedampak pada kesuksesan
sebuah produksi, melainkan akan berdampak pada runtuhnya kekompakan sebuah
komunitas. “Untuk itu kita harus keluar dari zona nyaman kita sebagai sebuah
komunitas yang lebih kompak lagi,” tambah lelaki yang pernah mengikuti Workshop Rumah Kreatif Galeri Indonesia Kaya di Jakarta.
Kolaborasi Ayunan Tigakoma
FASBuK Edisi Oktober 2016 kali ini menampilkan sebuah pertunjukan
Musikalisasi sastra dengan pertunjukan inti dari “Ayunan”,
yang berkolaborasi dengan Teater Tiga Koma
dari UMK. Band kawakan yang terbentuk
sejak tahun 2014 ini terdiri dari Chilmi (vocal), Munajad (Cajon), Tommy (Bass),
Sulton (gitar 1) dan Aji Kojek (gitar 2). Band dari UMK ini menampilkan empat
lagu musikalisasi puisi dan dua lagu lama yang diaransemen ulang.
Selain itu, hadir pula Sikustik dari Fakultas Teknik Sistem
Informatika UMK dengan menampilkan tiga lagu yang diadaptasi dari puisi juga.
Penampilan pembacaan puisi oleh Alfitri
Indayanti aktris Teater Merdeka Nurussalam dan Fatkhul Wahab dari Teater Jakataruna
yang merupakan kumpulan anak-anak kreatif karang taruna, menjadi pelengkap
suguhan sastra malam itu.[]
ARIF MAULANA