Peserta mengenalkan buku yang diresensi. (foto: dokumentasi panitia) |
Kampus, PARIST.ID - Resensi berbeda dengan review buku. Hal itu ditekankan saat evaluasi karya resensi pengurus dan anggota LPM Paradigma pada Sabtu, (08/04/23).
Dalam acara Kataman Kata, pengurus dan anggota LPM Paradigma diwajibkan meresensi satu buku. Resensi tersebut kemudian dievaluasi oleh para demisioner untuk dijadikan bahan perbaikan.
"Resensi itu bukan hanya mereview buku. Di resensi kita bisa mengaitkan antara objek unik yang dibahas di buku dengan fenomena atau isu yang sedang ada," tutur Mail, ketua demisioner LPM Paradigma tahun 2015 sekaligus mantan wartawan salah satu media lokal.
Mail juga menegaskan bahwa resensi buku bukanlah membahas tentang produk bukunya saja. Berbeda dengan review yang hanya mengulas tentang satu buku saja.
"Menilai buku tapi juga membandingkan satu buku dengan yang lain," terang Mail di depan ruang kelas K3 IAIN Kudus.
Ia juga memberikan contoh untuk memperjelas apa yang diterangkan.
"Misalnya kita me-review buku yang berjudul tentang wanita, kita bisa mengaitkan dengan isu-isu tentang wanita yang beredar belakangan ini," jelasnya.
Maka dengan itu, meresensi buku tidak hanya me-review isi ataupun melihat kekurangan dan kelebihan buku. Melainkan juga membandingkan antara buku satu dengan yang lain. Hal ini, dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan isi serta pokok bahasan pada setiap buku.
Reporter: Eka Rizkia
Editor: Irma Noviana