Parist.ID, Kudus, Mengelola
seni pertunjukan -tari, teater, musik, pantomime dan lainnya- ternyata tidak
sekadar membutuhkan ide kreatif saja. Tetapi juga manajemen dan promosi yang
apik agar bisa menggaet minat penonton sebanyak-banyaknya. Hal itu mengemuka
dalam Bincang Kreatif Seni Pertunjukan Indonesia di Djarum OASIS Kretek Factory
Kudus, Selasa (03/10/17).
(Foto : Baidlowie/Paragraph) |
Hadir
sebagai pemateri Sutradara Garin Nugroho dan Pendiri Teater Abnon Jakarta Maudy
Koesnady. Masuk dalam rangkaian seminar tour Ruang Kreatif di Kudus ini Garin
menyampaikan ide kreatif suatu pertunjukan memang tidak selalu mudah.
“Tidak
ada proses kreatif yang tidak lahir dari tangis, susah dan kesempitan. Seni
pertunjukan yang spektakuler adalah hasil dari perjuangan luar biasa
mengkomunikasikan sebuah ide dengan membentuk manajemen yang baik hingga
terciptalah sebuah karya,” kata Garin.
Untuk
merancang sebuah ide kreatif dan karya seseorang atau kelompok harus tahu
potensi dan bidangnya. Ia mengibaratkan proses itu seperti menanam bibit pada
tanah yang sesuai. Artinya sebuah bibit ide kreatif hanya akan bisa berkembang
jika digarap di lahan yang baik dan mendukung.
“Bibit
unggulan misalnya, tidak mungkin kita tanam begitu saja di tanah biasa. Kita
semestinya bisa memetakan potensi (lahan) mana yang bisa kita tanami bibit
itu,” ujar Sutradara film Setan Jawa (2016) itu.
Pendiri
Teater Abnon Jakarta, Maudy Koesnady menambahkan sebenarnya ada banyak potensi
dan ide kreatif dari masyarakat Indonesia yang belum tergali. Menurutnya itu
sebab minimnya jumlah orang yang membidangi manajemen seni pertunjukan.
Persoalan manajemen penting diperhatikan agar sebuah pertunjukan bisa bernilai
tidak sebatas sebuah tontonan. Tetapi juga membuka lapangan kerja dan berbagi
kebahagiaan.
“Sebuah
pementasan bisa dinilai berhasil manakala pemainnya memiliki totalitas, keluar
panggung selamat, kehidupannya sejahtera dan penontonnya juga puas terhibur,”
tambah pemeran Mpok Zaenab dalam sinteron Si Doel Anak Betawi itu.
Maudy
juga menceritakan pengalamannya mendirikan Teater Abnon dan berproses di
dalamnya. Ragam keluh kesah ia dapati saat mencari sponsor, funding, memikirkan
konsep pementasan dan sebagainya. Untuk mengatasi itu semua ia mengaku banyak
berkomunikasi dengan orang-orang yang telah berpengalaman, sekaligus mencari
jaringan sponsornya.
“Semua
itu penting agar pementasan kita berkesan, tidak hanya memberi kepuasan pribadi
tetapi juga melibatkan orang yang lebih luas,” ujarnya.
Acara
ini dihadiri oleh ratusan seniman dari Kudus, Jogja, Semarang, Jepara, Pati dan
sekitarnya. Selain di Kudus, kegiatan hampir serupa selanjutnya juga digelar di
Malang, Padang dan Bandung. (Rohman/FAR)