Parist.ID, Kudus –
Hari jadi ke-468 Kota Kudus diperingati oleh Pusat Studi Gender (PSG) STAIN
Kudus dengan Bincang Kreatif dan bedah buku “Aksesibilitas Penyandang
Disabilitas Terhadap Perguruan Tinggi”. Bertempat di Aula Rektorat Lantai 3 STAIN
Kudus acara tersebut menghadirkan penulis buku yang juga Doktor Tunanetra
pertama lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Akhmad Sholeh, Kamis (05/10/17).
(paragraph) |
Dalam
kesempatan itu Akhmad Sholeh membahas pentingnya aksesibilitas bagi penyandang disabilitas
dalam segala bidang. Bidang pendidikan misalnya, pola penanganan bisa dengan
cara pendidikan inklusif dan pendidikan segregasi atau lebih dikenal sekolah luar
biasa.
“Pendidikan
inklusif adalah pendidikan sekolah umum yang mengikutsertakan siswa
berkebutuhan khusus dan siswa normal. Berbeda dengan pendidikan integrasi,
model inklusif sistemnya sudah disesuaikan dengan metode-metode yang khusus
bagi disabilitas,” ungkapnya.
Akses
fisik peduli disabilitas, lanjut Sholeh, hendaknya juga diterapkan di
lingkungan terdekat kita. Seperti halnya terkait manajemen tata kota yang
responsif untuk Disabilitas.
“Dapat
dilihat dari Trotoar jalan misalnya, di Kudus sendiri sampai saat ini masih
terbilang kurang responsif untuk pejalan kaki. Terlebih bagi penyandang
Disabilitas,” tegasnya.
Ketua
PSG STAIN Kudus, Nur Said, mengungkapkan
dari sudut pandang sosial, kebijakan responsif disabilitas ini merupakan bagian
dari amanah Islam yang Rahmatan lil
‘Alamin.
“Penanganan
Disabilitas ini menjadi problem kita bersama. Jadi jangan sampai ada yang
terpinggirkan,” pungkasnya.
Menurut
Nur Said, ada tiga cara yang harus dilakukan untuk mewujudkan Kudus sebagai
kota inklusif. Ketiga hal itu adalah ngerti,
ngerasa, ngelakoni. Demikian itu
menjadi nilai yang harus dipahami masyarakat Kudus agar pro difabel.
Sementara
itu, Wakil Ketua I STAIN Kudus, Supaat, mengapresiasi acara ini. Ia juga
termotivasi untuk segera merealisasikan mata kuliah dan kurikulum yang pro
difabel. Beberapa hal, utamanya fasilitas penunjang akan disiapkan untuk hal
itu.
“Harapan
saya, nantinya diadakan satu mata kuliah pilihan bagi Jurusan Tarbiyah yang
intinya tentang Pelajaran Agama khusus bagi Disabilitas,” terang Supaat. (Ayun/FAR)