Best Viral Premium Blogger Templates

Memahami Tujuan-Tujuan Utama Al-Qur’an

parist  id
Rabu, April 28, 2021 | 06:56 WIB
Foto : Istimewa

Identitas buku

Judul : Maqashid Al-Qur’an

Penulis : Syekh Izzuddin bin Abdussalam

Penerbit : PT Qaf Media Kreativa

ISBN : 978-602-5547-95-9

Halaman : 195 halaman

Cetakan : Pertama, Maret 2021

Peresensi : M.Rizal (*)


Sudah diketahui bersama bahwa Al-Quran merupakan kitab suci umat Islam. Terdapat banyak fungsi yang disebutkan di Al-Quran, diantaranya sebagai petunjuk bagi umat islam, dan penjelas bagi umat manusia. Sebab fungsi turunnya itulah yang menjadikan rahmat bagi orang yang beriman. Dan dengan Al-Quran inilah, kerasulan Nabi Muhammad diakui kebenarannya sekaligus menjadi mukjizat terbesar Nabi hingga akhir zaman. Allah menurunkan Al-Quran sebagai nasihat bagi para hamba-Nya agar mereka menelaah ayat-ayat-Nya hingga dapat mempraktikkannya baik muhkamat dan mutasyabihat. Semua itu agar manusia sejahtera di dunia dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Selain itu juga selamat ketika di akhirat kelak dengan memperoleh ganjaran dan balasan yang telah dijanjikan oleh Allah.

Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan Allah kepada baginda Rasulullah SAW sebagai petunjuk, pedoman, pengingat, perintah, kabar baik, peringatan, dan bahkan mukjizat teragung Rasulullah SAW. Hal ini bisa menjadi hujjah bagi seseorang yang menafikan Al-Qur’an sebagai firman Allah, sebaliknya justru sebagai rekaan manusia atau rekaan Nabi Muhammad, karena Nabi sendiri adalah seorang yang ummi (tidak tahu baca tulis). Maka tidak masuk akal jika ada orang yang tidak bisa membaca dan menulis mampu menciptakan sebuah karya yang agung seperti Al-Quran ini. Itulah Al-Quran, karya Tuhan yang sangat orisinil. Di dalamnya tidak ada keraguan sama sekali, tidak berseberangan satu sama lain dan tidak ada kebohongan. Di dalamnya tidak terdapat khayalan seorang penyair, penggubah, musisi dan lain-lain. Gaya bahasanya sangat khas, memukau dan mengikat hati yang membacanya. Hingga kini tidak ada yang dapat membandingi Al-Quran dan sampai akhir zaman pun, juga tidak akan ada, karena Al-Quran itu murni merupakan wahyu dari Allah SWT yang berisi firman-firman-Nya yang agung.

Berangkat dari hal itu, tentunya Al-Quran memiliki tujuan-tujuan pokok (maqasid) yang ingin disuguhkan kepada seluruh manusia. Mayoritas maqasid Al-Quran adalah perintah untuk mencapai kemaslahatan dan hal-hal yang menjadi sebabnya, serta larangan untuk melakukan kerusakan (mafsadat) dan semua hal yang menyebabkannya (Hlm.14). Ahmad Rasyuni menyebutkan bahwa ada enam maqasid umum Al-Quran: Mengesakan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya; menjadi petunjuk untuk hal-hal agama sekaligus dunia; menyucikan jiwa dan mengajarkan kebijaksanaan; membawa rahmat dan kebahagiaan; menegakkan kebenaran dan keadilan; serta meluruskan pemikiran.

Maqasid merupakan bentuk jamak dari maqsad (dengan fathah pada huruf sad). Kata maqsad merupakan masdar mim. Dalam bahasa Arab qasd berarti petunjuk, bisa juga berarti mudah (Hlm.13). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa makna dari maqasid adalah tujuan dan target akhir. Istilah lainnya maqasid Al-Quran adalah sebuah istilah yang menjelaskan tujuan-tujuan universal dari seluruh ayat-ayat Al-Quran, karena mustahil Allah menurunkan Al-Quran ke muka bumi hampa dari maksud dan tujuan. Maka, apabila Al-Quran dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka isi kandungannya akan membantu kita menemukan tujuan-tujuan pokok (maqasid) Al-Quran dan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem dalam kehidupan ini.

Salah satu buku yang berisikan maqasid Al-Quran berdasarkan perspektif Imam Izzuddin. Di buku singkat dan padat ini, Imam Izzuddin mengerahkan segala upaya untuk menjelaskan maqasid Al-Quran, buah dan manfaatnya. Maqasid Al-Quran merupakan salah satu objek kajian paling mulia dalam ranah ilmu Al-Quran. Sebuah bahasan yang layak dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim karena mengandung kebenaran, penjelasan, dan bukti-bukti kuat yang dapat dijadikan sebagai dalil. Pada akhir-akhir pembahasan buku ini kita akan disuguhkan dengan I’jaz (keistimewaan) Al-Quran, tujuan tafsir, aturan-aturan tafsir, dan pembagian tafsir.

Ada sejumlah maqasid Al-Qur’an yang ditawarkan oleh buku ini, yaitu: permintaan, izin dan pemutlakan, seruan, pujian terhadap perbuatan dalam Al-Qur’an, pujian terhadap pelaku karena perbuatan yang dijadikan sebagai sifat pelakunya, celaan terhadap perilaku, dan pelaku karena perbuatan yang dijadikan sebagai sifat pelakunya, janji akan kebaikan di dunia, janji akan kebaikan di akhirat, ancaman akan keburukan di dunia, ancaman akan keburukan di akhirat, permisalan, dan pengulangan (Hlm.21).

Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah dari beberapa macam maqasid yang ada, masih mungkin disimpulkan maqasid Al-Qur’an yang lain. Itulah yang harus disadari oleh orang mukallaf. Al-Qur’an selalu menginginkan umatnya untuk meninggalkan segala macam tindak kriminal dan kesalahan, baik secara individu maupun kelompok. Al-Qur’an juga menginginkan kita untuk melakukan semua amal saleh, kebaikan, menyayangi sesama, membangun masyarakat yang damai dan sejahtera. Al-Qur’an menyeru kita untuk menyebarkan kebaikan dan kebajikan, mengajak manusia pada keduanya hingga kebaikan tersebut menyebar ke seluruh penjuru bumi serta dapat dinikmati oleh seluruh penghuninya.

Kesimpulannya adalah, sebagai orang Islam, kita wajib mengetahui dan memahami maqasid-maqasid (tujuan-tujuan utama) dari Kitabullah. Paling tidak, setiap muslim harus dapat memahami ayat-ayat yang dibacanya dari Al-Qur’an. Karena untuk mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an, kita terlebih dahulu harus tahu apa yang ingin disampaikan dan dikehendaki Al-Qur’an.

Buku ini sejatinya adalah bagian akhir dari kitab Al-Isyarah ilal Ijaz fi Ba’di Anwa’il Majaz (Isyarat Singkat Tentang Berbagai Jenis Majaz), yang dikarang oleh sultan para ulama (Imam Izzuddin bin Abdissalam) pada abad ketujuh dan abad-abad setelahnya. Di antara pembahasan paling penting dalam buku ini adalah tentang keistimewaan Al-Qur’an (I’jaz). Oleh karena itu, Imam Izzuddin mengkhususkan satu bab utuh untuk membahas i’jaz. Kemukjizatan Al-Qur’an sendiri mencakup model penyampaiannya yang singkat tapi mengandung banyak makna, keindahan retorika, kedalaman penjelasan, kefasihan ungkapan, kesatupaduan yang melampaui kebiasaan bangsa Arab baik dalam syair, prosa, atau seni-seni mereka yang lain, ketidakbosanan pembacanya, pemberitahuan tentang masa lalu dan masa depan serta masih banyak aspek kemukjizatan Al-Qur’an yang lain.

Ada beberapa kelebihan dari buku ini, diantaranya buku ini merupakan salah satu referensi penting bagi karya-karya lain yang ditulis setelah Imam Izzuddin. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, misalnya, telah menjadikan karya ini sebagai rujukan dalam bukunya yang berjudul Bada’i al-Fawa’id. Ibnu Qayyim mendiskusikan banyak bahasan yang telah dikaji oleh Imam Izzuddin. Buku ini juga merupakan salah satu buku yang membahas maqasid Al-Qur’an, yang mana maqasid Al-Qur’an merupakan salah satu objek kajian paling mulia dan terpenting dalam ranah ilmu Al-Qur’an. Kelebihan dari buku ini juga adalah memaparkan aturan-aturan penting terkait kajian tafsir. Dia menjelaskan bahwa pendapat paling utama dalam tafsir adalah apa yang ditunjukkan oleh Al-Qur’an itu sendiri pada bagian lain dari dirinya (self reference), hadis Nabi, ijmak atau konteks kalimat.

Pembaca buku ini akan menemukan hasil kerja keras dan pengamatan mendalam yang telah dilakukan oleh Imam Izzuddin. Hal tersebut dapat dilihat dari pembagian bab---sebagaimana kebiasaan beliau pada buku-bukunya yang lain--- penafsiran yang mendalam, pembahasan yang komprehensif, dan pemaknaan holistik pada maksud setiap ayat yang dibahas.

Buku ini mempunyai 31 bab. Tiap bab disuguhi beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan suatu tema dan diuraikan maqasidnya. Akhirnya, buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh setiap umat muslim mengingat mereka membutuhkan buku yang mengajarkan kepada mereka tentang kitab suci Tuhannya, membantu mereka untuk memahami rahasia dan penjelasan maqasidnya, mengingatkan mereka tentang hakikat Islam yang sebenarnya. Begitupun karena hidup seorang muslim tidak akan lepas dari Al-Qur’an sebagai pemandu kehidupannya ke depan. (*)


*Santri Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Selatan dan  Mahasiswa INSTIKA Guluk-Guluk Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Semester II 



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Memahami Tujuan-Tujuan Utama Al-Qur’an

Trending Now