Best Viral Premium Blogger Templates

Memotret Desa dari Wonderful Family-nya

parist  id
Selasa, April 13, 2021 | 14:23 WIB

 

Foto: Istimewa

Indentitas Buku

Judul Buku                 :  KELUARGA  :  Peran Strategis Keluarga dalam Pemuliaan Martabat Manusia

Penulis                       :  Wahyudi Anggoro Hadi, dkk.

Penerbit                     :  Yayasan Sanggar Inovasi Desa

Cetakan                      :  Pertama,  Agustus 2020

Ukuran Buku              :  13  x 19 cm

Tebal Buku                 :   xxxii + 108 halaman

ISBN                          :  978-623-94663-9-8

Resensator                  : Junaedi

Buku ini merupakan luaran dari kegiatan Webinar Seri ke-16 Kongres Kebudayaan Desa 2020. Baik yang ditulis langsung oleh narasumber; tulisan yang merupakan catatan dari tim kongres, maupun tulisan yang lolos kurasi Call for Papers.

Keluarga, dalam konteks sosiologi, dianggap sebagai intitusi sosial terkecil sekaligus menjadi sistem sosial yang mutlak ada di setiap kebudayaan. Dalam konteks peraturan perundang-undangan, keluarga didefinisikan sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari: (1) suami dan istri (2) suami, istri dan anak (3) ayah dan anaknya; dan  (4) ibu dan anaknya. 

Sebagai bentuk lingkungan sosial yang pertama, keluarga berperan dalam memperkenalkan cinta kasih, moral, keagamaan, sosial budaya, dan nilai-nilai bersama yang diyakini dalam masyarakat. Keluarga menjadi pertahanan utama yang dapat menangkal berbagai pengaruh negatif dari dinamika sosial yang ada. Karena, tahap awal permasyarakatan (socialiation) dengan segala interaksinya dimulai dari lingkungan keluarga.

Tina Afiatin, dalam tulisannya yang bertajuk “Pengelolaan Mutu Keluarga di Era Digital: Strategi Menghadapi Pandemi Covid-19 Berbasis Ketahanan Psikologi Keluarga” menyebutkan, mediasi orang tua merupakan salah satu bentuk pengasuhan digital. 

Selain itu, menurut Herlina, Setiawan dan Jiwna (2018), ada beberapa tindakan yang perlu dilakukan orang tua dalam mengasuh anak-dalam berhadapan dengan media digital- yaitu : (1) mendampingi anak mengakses gawai; (2) menyeleksi konten yang sesuai untuk anak; (3) memahami informasi yang disediakan media digital; (4) menganalisis konten digital untuk menemukan pola positif dan negatif; (5) memverifikasi media digital; (6) mengevaluasi konten media; (7) mendistribusikan konten media; (8) memproduksi konten positif dan produktif bersama; (9) berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan produktif terkait media digital; dan (10) berkolaborasi menciptakan konten digital. Pengasuhan digital ini dalam implementasinya harus disesuaikan dengan fase perkembangan anak.

Keberhasilan pendidikan bagi generasi muda sangat dipengaruhi oleh fungsionalisasi keluarga. Keluarga fungsional memiliki karakteristik ketahanan psikologi keluarga, yaitu adanya (1) afeksi positif; (2) keberfungsian psikologis; (3) keberfungsian sosial;  (4) komunikasi asertif; (5) persekutuan keluarga dalam menghadapi tantangan; (6) memiliki nilai-nilai keyakinan, budaya, dan kearifan lokal; (7) istri tangguh yang memiliki komitmen keluarga;  dan (8) suami yang menjadi pemimpin yang baik -merupakan lahan yang subur- untuk menumbuhkembangkan potensi anggota keluarga sehingga menjadi individu yang tangguh dan bermanfaat.


Transformasi Teknologi

Desa adalah segala-galanya. Lahir dan tumbuh di desa membuat saya mendapat banyak inspirasi dan teladan, memberikan pelajaran untuk hidup saling bergotong royong, demikian menurut Hasto Wardoyo.  Ia juga memaknai desa sebagai keluarga. Maka, tidak heran jika desa selalu menjadi tempat kembali dari mana pun kita pergi. Terutama dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini, banyak perantau memilih kembali ke desa; pulang ke keluarganya. 

Banyak hal dapat dilakukan untuk meningkatkan ekonomi keluarga dari desa; transformasi teknologi salah satunya. Saat ini berbagai platform digital menjadi wadah dalam meningkatkan ekonomi, seperti e-comerce, e-market, marketplace, dan online shop yang banyak memenuhi laman sosial media kita.

Mulai berkembangnya Start-Up yang juga perlu disalurkan kebermanfaatannya kepada warga desa. Kita perlahan mulai memasuki era megadisruption yang mendorong terjadinya deglobalisasi, proses berkurangnya saling ketergantungan dan integrasi antarnegara. 

Desa dan keluarga adalah kaki Indonesia. Sehingga, menguatkan Indonesia harus memperkuat keluarga dan desa. Salah satu cara untuk memperkuat keluarga dan desa, dapat dilakukan melalui penguatan ekonomi. Untuk itu, penguatan ekonomi keluarga dan desa salah satunya dapat didukung dengan kemandirian ekonomi berupa peningkatan daya beli dan penggunaan produk lokal.

Alissa Wahid, melalui tulisannya yang berjudul “Membangun Keluarga dari Desa” memaparkan bahwa tiga prinsip sebagai pondasi untuk sebuah bangunan keluarga yang tangguh yaitu, prinsip keadilan bagi seluruh anggota keluarga, prinsip kesalingan atau prinsip mubadalah, dan prinsip keseimbangan. 

Seluruh pilar dalam keluarga harus didasari dengan rasa adil, saling, dan seimbang. Sehingga potensi keluarga akan teraktualisasikan dengan baik dan menghasilkan jiwa yang tentram dan penuh kasih sayang. Di masa pandemi seperti sekarang yang paling dibutuhkan masyarakat  adalah inovasi, termasuk dalam membangun ketangguhan keluarga. 

Pembangunan individu akan mengarahkan kita pada keluarga yang harmonis, masyarakat yang baik, negara yang makmur. Oleh karena itu, perlu menata dan memikirkan ulang langkah-langkah strategis mewujudkan ketangguhan keluarga melalui desa. Keluarga yang kokoh berawal dari keutuhan dan kemerdekaan pribadi atau individu sebagai anggota keluarga. Sehingga sangat dibutuhkan kebebasan ruang gerak  dan sosial sesuai perannya – terutama bagi perempuan dan anak – yang dimulai dari lingkungan  keluarga.

Najeela Shihab memaparkan  melalui tulisan yang berjudul “Keluarga dan Pendidikan di Era New Normal”  mencontohkan Yayasan Rangkul Keluarga Kita yang menginisiasi program orang tua bernama program Rangkul sudah berjalan sejak tahun 2012 dengan berfokus pada program pemberdayaan dan pendidikan keluarga. Yayasan ini memiliki tujuan untuk mendorong orang tua agar mampu berdaya dengan terus menjadi sumber belajar yang efektif dan berbagi praktik pengasuhan yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak. 

Yayasan Keluarga Kita mengedepankan prinsip cinta dalam membimbing keluarga, dengan harapan dapat menciptakan generasi mendatang yang cemerlang. Pada dasarnya, prinsip cinta ini dimulai dari titik saling percaya antara orang tua dan anak. Dalam Yayasan Keluarga Kita, Cinta merupakan singkatan dari Cari Cara, Ingat Impian Tinggi, MeNerima Tanpa Drama, Tidak Takut Salah  dan Asyik Main Bersama.


Konsep Wonderful Family

Fathayatul Husna, memaparkan tentang Wonderful Family sebagai komunitas konseling keluarga untuk menjawab dan mengatasi permasalahan meningkatnya angka perceraian di Indonesia. Didirikan oleh sepasang suami-istri Cahyadi Takariawan dan Ida Nurlaila, Wonderful Family berhasil mempublikasikan praktik keluarga harmonis ke berbagai penjuru daerah di Indonesia, bahkan hingga lingkup internasional. Wonderful Family memupuk agama, ilmu, dan komunikasi menjadi tiga pilar penting dalam membangun rumah tangga.

Pada tulisan yang lain, Farha Ciciek, Suparohardjo, Sisillia Velayati, memaparkan pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, lembaga pendidikan, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, warga desa terus mendorong gerakan bersama yang dinamakan Pengasuhan Gotong Royong (collaborative parenting). 

Pengasuhan ini terdiri dari atas dua pilar. Pertama, pendampingan anak yang dilakukan secara rutin setiap harinya yang diperkuat dengan Sekolah Bok-ebok (sekolah ibu), Sekolah Pak-bapak (sekolah bapak), dan Sekolah Eyang. Kedua, peran pemerintah sebagai orang tua. Pilar kedua ini terwujud, di anatarnya dengan terbentuknya KELANA (Kecamatan Layak Anak) yang mengukuhkan forum anak Kecamatan Ledokombo.


Kelebihan dan Kelemahan Buku

Buku ini, layak untuk dibaca dan dimiliki, karena berisi sumbang-gagasan narasumber untuk arah Indonesia Baru selama dan setelah berakhir Covid-19 yang berpijak dari nilai luhur masyarakat desa. Dalam buku terdapat beberapa kosa-kata asing, yang mungkin baru bagi pembaca, dan jika dikritisi bisa menjadi kelebihan, atau juga bisa menjadi kelemahan dari buku ini. 

Bagi kaum intelektual kosa kata asing ini dapat memperkaya hasanah kosa-katanya, bagi warga desa kebanyakan hal ini membuat kebingungan tersendiri dalam memahami kosa kata tersebut (keduwuren).

Sangat disayangkan sebetulnya, buku sebagus yang kaya pengetahuan tidak didukung dari fisik buku dan sistematika penulisan yang baik, sehingga  mengurangi value kemewahan buku ini. 


Biodata Penulis

Junaedi, S.E., lahir Pemalang, 6 Januari 1974, lulus S1 : STIE Widya Wiwaha (1999) sebagai  Pegiat Desa Budaya Bumi Panggung, bekerja di Yayasan Sanggar Inovasi Desa, berdomisili Gedangan RT 02 Padukuhan Ngireng-ireng, Kalurahan Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. No. HP (WA) : 088 225 045 416. Medsos IG : @imfatjunaedi, FB : Junaedi Imfat.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Memotret Desa dari Wonderful Family-nya

Trending Now