Best Viral Premium Blogger Templates

Merindu Cahaya de Amstel : Cinta Tak Terduga di Tengah Perjalanan Seorang Mualaf

parist  id
Minggu, Juli 24, 2022 | 18:48 WIB

 

Foto : Istimewa 

Judul Film        : Merindu Cahaya de Amstel
Sutradara         : Hadrah Daeng Ratu
Rilis                   : 20 Januari 2022
Produksi          : Unlimited Production
Durasi Film     : 107 menit

Perpindahan agama menjadi persoalan yang cukup serius. Seseorang yang memutuskan untuk berpindah keyakinan, tentu sebelumnya sudah melakukan berbagai pertimbangan yang matang. Ketika sudah memantapkan pilihan, maka harus bertanggungjawab terhadap norma ajaran agama yang dianutnya. Bukan lantas hanya sekadar pindah tetapi tidak menjalani ajaran agama dengan baik.

Konsep mengenai perpindahan agama terkemas apik dalam film Merindu Cahaya de Amstel. Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Arumi E. Cerita yang diangkat masuk dalam kategori drama religi. Sebagai pemanis, cerita ini dibumbui dengan kisah percintaan dan juga persahabatan. Kedua aspek tersebut yang membuat masyarakat, khususnya kalangan remaja semakin tertarik untuk menonton film.

Film ini mengisahkan tentang perjalanan seorang perempuan mualaf asli Belanda yang bernama Siti Khadija. Nama awalnya ketika masih memeluk agama non-muslim adalah Marien Veenhoven. Meskipun lahir dalam keluarga non muslim yang religius, hidupnya dulu sangat bebas. Puncak masalah hidupnya terjadi ketika mantan kekasih menyebarkan video mesranya di atas ranjang. Keluarganya sangat malu dan mengusir Marien dari rumah.

Marien merasa tak mempunyai harapan hidup. Hingga pada suatu malam ia mencoba untuk bunuh diri dengan meminum obat hingga overdosis. Nasib baik berpihak kepadanya, seorang muslimah datang menolongnya dan membawa Marien ke rumah sakit. Perempuan muslimah penolong itu bernama Fatimah. Ia memberi pencerahan-pencerahan islami yang kemudian berhasil memikat Marien untuk masuk Islam. Seketika itu pula, namanya  diubah menjadi Siti Khadija dan ia pun mengenakan hijab. 

Fatimah juga mengajak Khadija untuk bergabung pada komunitas-komunitas Islam. Khadija merasa senang dapat diterima dengan terbuka oleh orang-orang di komunitas itu. Khadija dapat dikatakan sebagai perempuan mualaf yang teladan. Ia taat pada ajaran agama barunya, mampu menebar kebaikan, dan membuat orang-orang disekelilingnya merasa nyaman bersamanya. 

Ketika Khadija sedang menumpangi kereta menuju suatu tempat, ia bertemu dengan Kamala. Mahasiswi dari Indonesia yang menempuh pendidikan di Belanda. Khadija melihat ada pria asing yang merobek tas Kamala diam-diam. Kemudian dengan paksa Khadija mengajak Kamala turun. Siapa yang tak memberontak jika ada orang asing yang tiba-tiba memaksa kita melakukan sesuatu. Setelah turun, Khadija menjelaskan kejadian kriminal yang hampir dialami Kamala itu, kemudian Kamala sangat berterima kasih. Mereka berkenalan dan menjadi sahabat karib. 

Persoalan baru mulai muncul saat persahabatan antara Khadija dan Kamala sempat retak akibat cinta segitiga. Mereka berdua menyukai laki-laki yang sama, Nicolas Van Dijk namanya. Nico, nama panggilan laki-laki itu merupakan seorang jurnalis sekaligus fotografer. Berawal dari pertemuan Nico dan Khadija yang tak terduga. Saat sedang memotret gambar di tengah kota, Khadija yang sedang berjalan kaki tak sengaja terabadikan dalam frame Nico. Hingga pada akhirnya, pimpinan tempat Nico bekerja meminta untuk menerbitkan gambar itu dalam artikel yang memuat tentang perempuan muslim Eropa. 

Sebagai tokoh utama, Siti Khadija menjadi pusat perhatian dalam film Merindu Cahaya de Amstel. Amanda Rawless mampu membawakan peran Khadija dengan profesional. Terlihat Amanda mampu memerankan Khadija sebagai muslimah yang berakhlak, positive vibes, dan selalu tersenyum ketika berbicara. Penonton dibuat terkesima akan akting Amanda dalam karakter Khadija.

Khadija merupakan mahasiswa program studi Sastra Indonesia yang berkuliah di Belanda. Khadija sedikit banyak mengerti Bahasa Indonesia, walaupun pelafalannya masih nampak aksen Belanda. Begitu juga dengan riasan wajah yang dikenakan Amanda seakan terlihat mirip seperti wajah perempuan Eropa. Ditambah penggunaan lensa mata warna abu-abu memberikan kesan seperti perempuan Belanda. 

Perpaduan Konflik 

Ada beberapa konflik dalam cerita film ini. Konflik pertama berawal dari kembalinya mantan kekasih Khadija. Ia tiba-tiba saja muncul dan berusaha untuk mencelakai Khadija. Beruntung pada saat itu Nico datang menyelamatkan Khadija. Akan tetapi di kemudian hari, Niels (mantan Khadija) bersama temannya menyerang Nico. Mendengar kabar buruk itu, Khadija mendatangi perhunian Nico.

Perkara tersebut menyambung pada konflik cinta segitiga oleh Khadija, Nico, dan Kamala. Ketika Khadija mendatangi Nico untuk menjenguk, disisi lain Kamala juga berniat untuk datang menjenguk Nico. Namun ia memutar arah saat mengetahui Khadija sudah berada didalam ruangan bersama Nico.

Khadija yang tak ingin persahabatannya retak bertekad untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Nico. Begitu juga dengan Nico yang sebenarnya mencintai Khadija, ia memiliki niat untuk menjadi mualaf agar bisa bersama Khadija. Jika dilihat dari tujuannya, niat itu terasa belum sempurna. Sebenarnya tidak dapat dibenarkan jika berpindah agama dengan alasan percintaan duniawi, haruslah dengan niat murni karena Tuhan.

Melihat sikap Khadija yang sering menghindari Nico agar tidak melukai perasaan Kamala, membuat Nico menjadi ragu akan niatnya untuk masuk Islam. Ia seringkali perang batin mengenai hal itu, hingga akhirnya mendatangi seorang ustadz di salah satu masjid kota Amsterdam. Mendengar ceramah ustadz, hatinya mulai berubah dan yakin untuk masuk Islam murni karena Tuhan, bukan karena perempuan yang ia cintai.

Disisi lain, Kamala mengalami konflik batin saat mendapat kabar bahwa ibunya telah meninggal. Tangis dan sesal seketika menggeluti relung hatinya. Ia menyesal karena sering tak mengindahkan nasihat dari ibunya. 

Ada beberapa pesan-pesan islami yang merupakan curahan hati Khadijah atas perjalanan hidup yang dialami. Khadija percaya bahwa setiap takdir dari Tuhan adalah cerita indah yang ditulis untuk manusia. Tuhan mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaannya. Seperti pertemuannya dengan Fatimah, Kamala, juga Nico merupakan rencana terbaik oleh Tuhan. Bahkan untuk setiap cinta yang datang pun memiliki makna tersendiri dari Tuhan.

Film Merindu Cahaya de Amstel cocok jika ditonton oleh kalangan remaja. Kisah kehidupan yang diangkat tauk jauh beda dengan kisah hidup remaja pada umumnya. Perjalanan religi dapat menjadi inspirasi bagi remaja yang menonton agar lebih taat dan meneladani tokoh Khadija. Di dalam film terkandung makna kehidupan dari aspek religi, percintaan, persahabatan, keluarga yang relevan dengan kondisi hidup masyarakat Indonesia, khususnya pada kaum remaja.

Kelemahan dari film ini terlalu kompleks hingga memberikan kesan bertele-tele. Durasi film sebenarnya umum seperti film lainnya, namun disini terasa lama ketika menonton. Meskipun demikian, alur yang kompleks membuat setiap adegan film berkesinambungan dengan adegan lain. Tidak ada adegan sia-sia alias plot hole dalam film. 

Penggabungan beberapa konflik ini membuat film terasa hidup dan kompleks. Hadrah Daeng Ratu berhasil menggarap konflik film menjadi kesatuan utuh yang tak membuat penonton bingung. Justru dengan adanya kombinasi konflik semakin membuat penonton terbawa suasana karakter sehingga dapat merasa sedih bahkan sesal. 


*) Resentator : Eka Rizkia Larasati, Anggota Detik LPM Paradigma 2022

Editor : Atmimlana Nurrona
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Merindu Cahaya de Amstel : Cinta Tak Terduga di Tengah Perjalanan Seorang Mualaf

Trending Now