![]() |
Kudus, PARIST.ID - Dalam rangkaian program kerja unggulan Kuliah Kerja Nyata (KKN) MB 055 UIN Sunan Kudus di Desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo gelar kegiatan Saresehan Moderasi Beragama pada Ahad (10/8/2025). Kajian ini mendatangkan narasumber yang mumpuni di bidangnya yaitu Bapak Arif Friyadi, M.Ag. dan dihadiri oleh warga setempat.
Dalam pemaparannya, Bapak Arif menjelaskan bahwa moderasi beragama adalah sikap tengah-tengah dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama, tidak condong pada ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
“Islam mengajarkan kita untuk menjadi umatan wasathan, umat pertengahan yang bersikap adil, seimbang, dan tidak berlebihan dalam beragama,” ujarnya.
Beliau mencontohkan, kelompok ekstrem kanan cenderung mengharamkan semua hal yang tidak ada pada zaman Rasulullah, seperti tahlilan, yasinan, atau pencatatan pernikahan. Sebaliknya, ekstrem kiri membolehkan segala sesuatu tanpa batas, termasuk hal-hal yang jelas dilarang agama. Kedua sikap ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Selain itu, disampaikan pula perbedaan antara hal-hal ushuliyah (pokok) seperti syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji yang wajib dipegang teguh oleh semua umat Islam, serta furu’iyah (cabang) seperti perbedaan qunut atau tahlilan yang tidak boleh menjadi sumber perpecahan. Bapak Arif juga menekankan pentingnya menghormati perbedaan mazhab di antara umat Islam agar tidak menimbulkan pertentangan internal yang justru menguntungkan pihak luar.
Dalam kajian ini, beliau memaparkan tiga ciri utama orang yang moderat dalam beragama:
Tawasuth, bersikap pertengahan, tidak ekstrem kanan maupun kiri.
Adil, berlaku adil kepada siapa pun, termasuk nonmuslim.
Tawazun, menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat.
Beliau mengingatkan bahwa kerja dan aktivitas duniawi yang diniatkan dengan baik juga dapat menjadi ibadah.
“Keseimbangan hidup itu penting. Jangan sampai hanya fokus ibadah lalu melupakan keluarga dan pekerjaan, atau sebaliknya,” pesan beliau.
Kegiatan yang dihadiri, tokoh masyarakat, dan warga setempat ini berjalan interaktif, dengan sesi tanya jawab yang membahas tantangan keberagamaan di tengah masyarakat plural. Kegiatan saresehan ini mendapat apresiasi hangat dari warga Desa Bulungcangkring. Selain memberikan pemahaman keagamaan yang damai dan toleran, acara ini diharapkan mampu mempererat persaudaraan antar warga dan mencegah masuknya paham-paham radikal yang dapat mengganggu kerukunan Desa Bulungcangkring