![]() |
Suasana Pembukaan Festival Kenduri Wiwit Kopi Desa Japan Sabtu, (09/08) |
Wiwit dalam bahasa Indonesia berarti “memulai” yang menjadi penanda dimulainya masa panen kopi. Jika dahulu tradisi ini dilakukan secara mandiri disetiap keluarga kali ini wiwit kopi dikemas menjadi festival yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, petani, pelaku wisata, hingga pecinta kopi.
“Sebelumnya tradisi wiwit Japan ini dilakukan sendiri sendiri oleh keluarga atau petani pemilik lahan kopi, biasanya mereka dengan keluarga berdoa sebagai awal dari panen. Kemudian ini dilaksanakan secara bersama-sama sebagai bentuk silaturahim antar semua petani,” ungkap Mutohar selaku Ketua Desa Wisata Japan.
Festival ini turut dihadiri berbagai pihak mulai dari petani kopi, pelajar, mahasiswa, komunitas pecinta kopi yang ada di Kudus dan sekitarnya, hingga wisatawan mancanegara. mutohar turut mengungkapkan kegiatan ini mampu menarik perhatian dari wisatawan jepang asal Jepang yang mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir.
“Kegiatan ini menarik bagi mereka wisatawan Jepang selain karena namanya kebetulan sama, juga dari tradisi maupun kekayaan alam yang ada di Desa Japan,” ungkapnya.
Rangkaian acara dimulai sejak siang dengan doa bersama di makam Mbah Suro Gonjo, dilanjutkan kirab gunungan bumi sebagai wujud syukur hasil bumi. Malam harinya, digelar sarasehan kopi dengan menghadirkan narasumber dari berbagai perspektif petani, pegiat kopi, hingga budayawan serta penampilan seni dan budaya yang tetap bertema kopi. Penutupan akan dilaksanakan keesokan harinya dengan agenda jelajah kebun kopi sebagai sarana edukasi.
Muhamad Bintang Utama, mahasiswa KKN UMK sekaligus peserta, mengaku terkesan dengan kekompakan warga dalam festival ini.
“Dari awal acara sampai sekarang ini menurutku seru banget karena kasih pengalaman baru buatku.” ungkap bintang.
Lebih lanjut, ia juga turut membagikan kesannya dengan keakraban warga desa japan
“Hal yang menarik itu menurutku interaksi antarwarganya yang rekat banget, itu hal menarik,” Pungkasnya.