Best Viral Premium Blogger Templates

Umat Ngopi, Dari Hobi Jadi Kedai yang Homing Friendly

parist  id
Kamis, Juni 24, 2021 | 08:23 WIB

CEKATAN: Irur tampak sibuk meracik kopi untuk disajikan kepada pengunjung kedai
(Foto: dok. instagram umatngopi)

Oleh: Rodhiatun Widiyanti*

PATI, parist.id – Pagi itu tampak seorang pria berbadan agak berisi, tinggi semampai, berjenggot hampir di sekitar permukaan wajahnya. Ia sedang berdiri di pojok meja kerjanya sambil mengutak-atik ramuan-ramuan racikan kopi ala sendiri. Irur atau Mas Ewok, sapaan akrabnya.

Ia merupakan seorang pemuda desa yang berani tampil beda di lingkungannya. Sederhananya, orang awam menganggap kopi hanya sebatas kopi. Akan tetapi, bagi pemuda bernama asli Khoirur Roziqin ini, ia bertekad untuk menciptakan suasana yang baru di desanya. Meskipun di awal perjalanannya banyak hambatan yang menghadang, ia tetap tak pernah goyah berusaha dna terus berjalan, hingga ia berhasil mendirikan kedai kopi “Umat Ngopi”.

Niat awalnya yang semula hanya bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang sekitar yang suka ngopi, kedai yang berdiri sejak tahun 2019 ini justru menjadi wadah tongkrongan baru bagi pecinta kopi di daerah Jakenan.

“Niatnya mau ngumpulin anak-anak daerah sini yang suka ngopi, sih, jadi kayak sekelompok orang yang suka ngopi gitu aja, sih,” kata Irur saat ditemui di kedai miliknya, Senin (07/06/2021).

Berbicara perihal kopi, seakan sudah menjadi salah satu kebutuhan manusia era kini. Semua kalangan dari remaja, dewasa, sampai orang tua menjadi bagian dari penikmat kopi Indonesia. Minuman hasil dari seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk ini menjadi satu komoditas masih yang dibudidayakan sampai saat ini.

Minuman berbahan dasar kafein ini diperkenalkan pertama kalinya oleh Negara Yaman pada abad ke-15. Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan “ngopi” sudah beragam. Maka tidak heran jika banyak kawula muda yang memulai bisnis kopi. Bahkan di Indonesia sendiri, kini jumlah pengusaha kopi semakin bertambah.

Salah satunya Irur (25), pemuda asal Desa Sidomulyo, Jakenan, yang mendirikan kedai kopi di desanya. Berawal dari angkringan kopi, Irur memulai bisnis perkopian dengan metode mix dan manual brew. Di tempat yang berukuran 13 x 30 meter itu, kini disulap menjadi kedai kopi sederhana dengan konsep homing friendly.

“Konsepnya di sini itu agak homing frendly gitu, sih, Mbak. Jadi, selain kamu nongkrong di sini, ngopi di sini, juga bisa sharing, ketemu temen-temen baru, ya bisa jadi rumah kedualah istilahnya kalau di sini,” jelas pemuda yang mengenakan kaos pendek hitam dan celana pendek hitam serta bertopi hitam itu.

Begitu ramah Irur menyapa kedatangan kami. Itulah sosok barista coffee sekaligus pemilik kedai “Umat Ngopi”. Apalagi konsep tempat yang diusung begitu apik, natural dan sederhana serta disuguhkan dengan pemandangan sawah nan hijau yang terbentang di sekitar kedai, menjadi nilai tambah bagi para pengunjung yang datang untuk berlama-lama ngopi di sana.

 

Bermula dari Hobi

Selain sebagai penyalur hobinya yaitu nongkrong dan senang memperluas relasi, tujuan Irur membuka bisnis di perkopian untuk membuat suasana baru. selama ini, ia melihat di daerahnya banyak yang konsumtif kopi, tetapi kebanyakan warung-warung kopi biasa. Dari sinilah Irur memilih untuk mendirikan kedai kopi dengan caranya sendiri.

Awalnya memang terkesan aneh. Terlebih lagi bagi masyarakat pedesaan, mayoritas dari mereka hanya mengonsumsi kopi hitam saja. Namun, bagi Irur, hal tersebut bukan hambatan yang serius baginya. Dengan kegigihannya, ia mulai memperkenalkan produknya kepada teman-temannya terlebih dahulu. Setelah 8 bulan pertama, barulah kedai miliknya banyak pengunjung dari luar daerah. Dari situ banyak masyarakat mulai penasaran dengan “Umat Ngopi” yang hampir setiap harinya tak pernah sepi pengunjung.

Berasal dari keluarga pebisnis kecil-kecilan, di dalam tubuh Irur sudah mengalir darah pebisnis. Meskipun niat awalnya hanya untuk kesenangan diri sendiri, tanpa disadari usaha yang dirintisnya dapat membuka peluang sukses bagi pemuda ini.

Irur  selalu memotivasi dirinya sendiri. Ia telah belajar bagaimana susah senangnya berkecimpung di dunia bisnis, apalagi di desa yang notabenenya sepi dan enggan peduli. Hal Itu yang malah menjadi daya pacunya untuk terus menggapai cita-citanya.

“Ini alasan pribadi, sih, Mbak. Seperti gampang tertantang sesuatu gitu, loh. Kalau emang ini kok nggak bisa, jadi kayak semacam pengen pecahin masalah sendiri. Jadi, kayak suatu masalah kalau dikelarin clear itu kayak nggak tenang gitu, semakin termotivasi gitu aja, sih, ini bisa kok, nguatin diri sendirilah lebih tepatnya,” terangnya.

Irul menyarankan agar kita tidak boleh takut untuk membuat sesuatu yang baru, misalnya punya keinginan, cita cita ataupun impian agar tetap diperjuangkan apaun hambatannya. Irul percaya, meskipun awalnya kelihatan aneh bagi masyarakat sekitar, yang terpenting adalah usaha.

“Masalah gagal apa berhasil itu urusan belakang, karena yang terpenting adalah bagaimana kita melewati berbagai prosesnya dan bisa survive dengan sekitar,” pungkasnya.

 

*) Penulis adalah anggota divisi Qov Sastra LPM Paradigma 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Umat Ngopi, Dari Hobi Jadi Kedai yang Homing Friendly

Trending Now