Best Viral Premium Blogger Templates

Tarik Investor dan Wisatawan, Kudus Launching Brand Identitas Baru

parist  id
Kamis, Februari 10, 2022 | 08:01 WIB
Bupati Kudus Hartopo memberikan sambutan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dan launching brand identity kota Kudus "Kudus Kota Empat Negeri". (Foto: Humas IAIN Kudus)

KUDUS, parist.id – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus. Acara ini sekaligus melaunching brand identity “Kudus Kota Empat Negeri” sebagai tagline baru Kota Kretek. Sebelumnya, Kudus dikenal dengan brand the test of Java yang memiliki arti bahwa Kudus merupakan bagian dari wilayah jawa yang sangat kental akan budaya jawa. 

Turut hadir jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkompimda), Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Para Pengusaha Kudus, serta kalangan akademika Kudus bertempat di gedung Perpustakaan lantai 4 IAIN Kudus, pada Selasa (08/02/2022). 

Dalam sambutannya, Rektor IAIN Kudus Mundakir mengungkapkan jika Kudus ingin dikenal dalam kancah nasional maupun internasional maka perlu membangun identitas lokal yang khas. Namun perlu diingat, Kudus harus tetap menjaga karakteristik keberagaman tradisionalis dengan mewaspadai paham-paham yang sekarang tengah berkembang secara masif. 

“Bahwa belum ada hal menarik dari Kudus untuk melakukan city tour yang biasanya selalu dilaksanakan setiap ada kegiatan nasional,” ungkap Mundakir.

Menyikapi hal tersebut, Bupati Kudus Hartopo menyatakan bahwa sebelumnya pemerintah Kabupaten Kudus telah memiliki banyak investor dan sudah memiliki berbagai program pembangunan. Namun ketika adanya pendemi covid-19, para investor dan pembangunan yang sudah direncanakan belum mampu terealisasikan.

Hartopo mengatakan pihaknya sudah memetakan persoalan mengenai city branded yang diharapkan mampu meningkatkan karakter kota. Sehingga Kudus memiliki keunggulan dari kota lain yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan dari luar kota.

“Setahun lalu tepatnya awal bulan Ramadhan kami sudah memikirkan persoalan city branded. Namun pada saat pandemi covid-19 melonjak parah membuat kinerja pemerintah fokus dalam menangani pandemi, sehingga kebijakan yang direncanakan belum terealisasikan,” terangnya.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar, Agus Susanto memaparkan bahwa Kudus telah dihuni oleh beberapa etnis sebelum pada abad ke-16. Mulai etnis Jawa dari Lasem yang pada saat itu Pulau Muria berada di bawah kendali kerajaan Lasem. Etnis kedua dari China yang juga pendatang dari Lasem berdasarkan kelenteng Cu An Kiong yang berada di Lasem. Kelenteng tersebut dibangun oleh etnis China menggunakan kayu jati pada abad ke-15 oleh ahli ukir yang menetap di Kudus. 

Selanjutnya terdapat etnis Arab yang datang dari berbagai kota di pantai utara Jawa Timur. Terakhir yakni Bangsa Eropa yang datang pada penjajahan Belanda pada tahun 1602-1989. Hal tersebut dimulai sejak VOC membuka pos dagang di Jepara hasil perjanjian dengan Amangkurat I.

“Kudus dalam perjalanannya dihuni oleh bermacam-macam etnis. Sebenarnya kondisi ini tidak dialami oleh Kudus saja, misalnya Semarang yang juga komposisi penduduknya terdiri dari beberapa etnis,” ungkap Agus.

Sementara itu akademisi IAIN Kudus, Abdul jalil mengungkapkan cukup aneh saat brand Kudus Kota Empat Negeri dicanangkan untuk mendongkrak potensi wisata. Ia mengatakan, sebab ada sekitar 250 ribu peziarah yang datang ke Masjid Menara Kudus setiap bulannya. Kemudian untuk narasi Kota Empat Negeri perlu diperkuat dengan identitas secara materiil.

“Sebuah potensi besar harusnya pemerintah mampu mengelola. Branding itu akan menancap ketika ada identitas materiil yang mampu ditangkap secara inderawi,” jelasnya.

Reporter : Mirna, Ihsan

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tarik Investor dan Wisatawan, Kudus Launching Brand Identitas Baru

Trending Now