Erna, sedang membuat kerajinan tangan dari eceng gondok. (Foto : Ihsan/Detik) |
PARIST.ID, Kudus - Erna Susanti, salah seorang ibu rumah tangga (IRT) di Dukuh Kayuapu Kulon, Gang 19, RT 3/RW 4 Gang 19, Gondang Manis, Kecamatan Bae, Kudus. Di ruang tamu miliknya, ibu satu anak ini berhasil mengubah eceng gondok yang terlihat tidak berharga menjadi sebuah karya tangan yang memiliki nilai jual.
Ia menceritakan awal mula ia menekuni profesi ini ketika sang suami (Ali Wahyudi, 44) mengalami kecelakaan dan tidak bekerja. Berawal dari keterampilan suami menganyam eceng gondok yang kemudian diajarkan olehnya.
“Awalnya iseng diajarkan suami saya, karena tidak punya kegiata. Saya coba membuat anyaman untuk dipajang di depan rumah serta dekorasi ruang tamu, ternyata banyak teman-teman yang tertarik dan minta dibuatkan,” ungkapnya pada Senin, (20/06/2022).
Melihat adanya peluang dari situ, membuat Erna berani memposting hasil karya-karya nya itu di marketplace. Mendapatkan bantuan dari teman-temanya dalam mempromosikan di media sosial, Erna menerima banyak pesanan dengan beragam bentuk.
“Agar mudah dikenal lebih banyak orang, jadi usaha ini saya beri nama Alya Handy Craft. Pembeli tidak hanya dari Kudus, berbagai kota di pulau jawa sudah banyak tertarik dan memesan handy craft buatan saya karena keunikan dan kualitas yang bagus. Pernah juga dikirim ke Jakarta, Magelang, Depok, Bali, Kalimantan hingga Papua,” ujarnya.
Erna mengungkapkan sempat mendapat orderan untuk membuat 400 barang tapi ia tolak, karena kurangnya sumber daya yang mumpuni. “Apalagi sekarang suami sudah kembali bekerja sebagai tukang bangunan, jadi saya sendirian untuk memenuhi pesanan,” terang wanita berusia 43 tahun itu.
Selain itu, Erna mengaku pernah diminta oleh Ketua Program Kampung Iklim (Proklim) Desa Gondang Manis, Ahmad Munaji, untuk menjadi mentor dalam pelatihan di balai desa. Dari keterangan Erna, Munaji ingin di desanya berkembang produk anyaman eceng gondok.
Beberapa karya dari tangan kreatif Erna. (Foto : Ihsan/Detik) |
Hasil anyamannya juga beragam, mulai dari topi, tas, keranjang, vas bunga, Kotak tisu, wadah tumbler air, karpet berukuran 2 meter dan masih banyak lagi. Ia menambahkan tidak menargetkan waktu pengerjaan sehingga pemesan biasanya menunggu lama.
“Saya takut kalo prosesnya tergesa-gesa nanti hasilnya kurang bagus. Lebih penting mengutamakan kualitas daripada kuantitas,” jelasnya sambil mengerjakan anyaman berbentuk peci tersebut.
Bagi Erna, menjadi pengrajin handy craft bisa dilakukan oleh siapa saja dan tidak terbatas umur, tidak terkecuali untuk ibu rumah tangga. Selain itu handy craft diminati oleh berbagai kalangan. Dengan Modal 500 ribu rupiah dalam sebulan Erna dapat meraup keuntungan hingga 2 juta rupiah.
"Tarif yang saya pasang juga beragam, disesuaikan dengan ukuran pesanan dan kerumitan pembuatannya. Handy craft buatan saya mulai dari 5 Ribu Rupiah hingga 600 ribu rupiah," terang Erna.
Untuk memperoleh eceng gondok sebagai bahan dasar pembuatan, Erna membeli dari Desa Temulus, kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Ia pun memaparkan pengolahan eceng gondok serta pembuatan kerajinan dari awal hingga siap dijual.
“Sebelum dianyam eceng gondok dibersihkan dulu baru kemudian dijemur 7-10 hari di bawah terik sinar matahari, setelah itu disortir sesuai ukurannya dan dipipihkan. ," urai Erna.
Ia melanjutkan, setelah digiling dan dirapikan, baru kemudian dibuat pola sesuai dengan pesanan, agar terlihat lebih cerah dan menarik, hasil anyaman yang sudah jadi dibasuh dan dilapisi varnish. Baginya memang butuh ketelatenan. Dalam sehari ia bisa menganyam sampai 5 barang, tergantung kesulitan dan besarnya ukuran yang dipesan.
Editor : Eni