Potret salah satu penampilan dalam acara Gebyar Kreativitas Seni VIII (Foto: Lovina) |
Kampus, PARIST.ID - Pagelaran festival Gebyar Kreatifitas
Seni (GKS) VIII Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Kudus telah
sukses terlaksana. Gebyar Kreativitas Seni sendiri merupakan pagelaran yang
dinaungi oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI). Dengan mengangkat tema "Mengapresiasi Karya Seni
Melalui Tembang Dolanan Tradisional", pagelaran ini ditampilkan oleh
mahasiswa tiap kelas Program Studi PGMI semester 7. Kegiatan dihelat selama
satu hari di Gedung Olahraga IAIN Kudus pada Selasa, (21/11/2023).
Ketua Panitia GKS VIII, Muhammad Ainun
Najib mengungkap bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk mengapresiasi dolanan jawa
yang dikemas dalam bentuk sendratasik.
"Dari dosen PGMI sendiri menginginkan
ada sendratasik, jadi ada seni, drama, tari dan musik. Kami selaku
penyelenggara menentukan tema dan sub tema untuk kelas-kelas, sedangkan konsep
penampilannya dirancang oleh mahasiswa PGMI semester 7 sendiri." Begitu
tutur Najib, sapaan akrabnya.
Adapun penampilan-penampilan dalam GKS
yaitu Buto Buto Galak oleh kelas A7MIR, Kidung Bocah ing Buwana oleh kelas
B7MIR, dan Guyub ing Budaya Jaranan oleh kelas C7MIR. Selain itu, acara ini
juga turut dimeriahkan oleh Gamelan Sekar Laras Swara,Gema Nusantara (Angklung
& Kolintang), Tari Kolaborasi Mahasiswa & Dosen PGMI, Band PGMI, SERTA
Paduan Suara PGMI.
Dibalik suksesnya GKS VIII ini terdapat
persiapan panjang yang ditempuh oleh mahasiswa semester 7 alias para penampil.
Hal itu dituturkan oleh salah satu penampil dari kelas B7MIR, Olisyia Larasati
yang mengungkap bahwa persiapan para penampil hanya kurang lebih selama 1
bulan.
“Kami dari PPL (Praktik Pengalaman Lapangan),
KKN (Kuliah Kerja Nyata), kemudian langsung fokus ke GKS. Itu kurang lebih satu
bulan. Tapi kami senang karena yang sebelumnya udah jarang ketemu teman-teman
kelas karena GKS ini kami jadi akrab kembali,” ungkap Olisyia.
Olisyia dan teman-temannya kelas B7MIR
sendiri menampilan sendratasik Kidung Bocah Ing Buwana. Makna yang dimaksudkan
dalam penampilan tersebut yakni ingin mengangkat bagaima peran seorang guru
dalam menghadapi bullying atau
kekerasan anak-anak. Uniknya, penampilan dimainkan dalam bentuk peran binatang.
“Sasaran dari prodi kami adalah seorang guru. Jadi kami ingin mengangkat konsep tersebut untuk memainkan bagaimana peran guru dalam menghadapi kekerasan yang semakin marak di kalangan sekolah, bahkan dari tingkat dasar. Agar terlihat menarik, kami memainkan dalam bentuk peran binatang. Ada peran tikus, macan, gajah, dan kidang (kijang). Kami berusaha menghayati setiap perannya, seperti tikus yang kecil namun berani, gajah yang bijaksana, dan yang lainnya.” Begitu penjelasandari Olysia.
Meski dengan terbatasnya waktu berlatih,
penampilan yang disuguhkan tetap memukau hati para penonton. Seperti halnya
yang disampaikan oleh salah satu penonton, Nurul Inayah mengaku bahwa pemain
sangat maksimal dalam perannya.
“Pemainnya sangat menghayati peran.
Apalagi kolaborasi seni tradisional dengan seni modern menjadikan sebuah seni
yang unik dan menarik untuk dipertontonkan.” Begitu kesan yang diberikan oleh
Nurul selama menyaksikan acara.
Reporter
-Lovina Nur Elah Zaim
-Ikrima Elok Zahratul Jannah
Editor:
Eka Rizkia Larasati